Dendam sungai deli
Tentang sungai Deli yang jernih
Menyimak kenangan hidup anak bocah lalu
Tentang keceriaannya menyelam dalam arus sungai Deli
Berbagi hikayat lewat
Tentang mata air yang mengalir membasahi kotaku
Membaca peristiwa kehidupan silam
Tentang kejayaan Melayu yang dulu akrab dengan sungai Deli
Melihat kilasan sejarah
Tentang pentingnya sebuah maskot kejayaan silam
Dan akhirnya, terbangun dari keindahan menjadi realitas yang menyakitkan
Kini aku termangu
Terusik oleh pandangan modernisasi yang tak lagi memperhatikan sungaiku
Terpaku menyaksikan sampah-sampah berserak, mengoyak-ngoyak ketenangan batin yang sudah lama dibangun oleh leluhur-leluhur yang menjaga sungai
Miris melihat tingkah-tingkah manusia merusak keindahan alam yang dulunya tercipta dari persahabatan akrab antara mata air dengan naluri kemanusiaan
Risau akan tingkah manusia yang berak dan mengotori sungai menggoreskan dendam alam yang sewaktu-waktu mampu membalas dendam
Ooooh.. lihatlah manusia!
Betapa warna air itu tak lagi berwarna air
Tapi berwarna limbah hasil karya tangan orang-orang yang dating entah dari mana
Ooooh, lihatlah!
Bau air busuk, tak lagi beraroma air
Oooh, lihatlah sampah-sampah berserak di tempat yang seharusnya mengeliri air!
Dan dengarlah ancaman sungai Deli!
Yang mampu merusak kehidupan manusia, bahwa ia bisa kapan saja mengancam kehidupan manusia
Lewat racun air, banjir, longsor, erosi, menenggelamkan rumah, memberi celaka, menjanjikan bencana!
Nenekku bilang, sungai itu sahabat bagi hidupmu
Kakekku bilang, dunia ini tercipta dari air
Berharap pada Tuhan
Agar manusia mampu berdamai dengan sungai
Bangsur