A. Pencatatan Secara Periodik
Dalam menentukan nilai Persediaan dan Beban Pokok Penjualan pada pencatatan secara periodik. Pada metode pencatatan secara periodik, ini berarti dilakukan perhitung fisik dalam melihat sisa dari jumlah barang yang ada pada akhir periode tertentu, bisa di akhir bulan, akhir semester, dan akhir tahun, hal inilah yang disebut dengan Stock Opname. Berikut ini gambarannya:
Persediaan awal barang dagang Rp. xxx
Pembelian Rp. xxx
Potongan pembelian Rp. (xxx)
Retur pembelian Rp. (xxx)
Pembelian bersih Rp. xxx
Total persediaan siap dijual Rp. xxx
Persediaan akhir barang dagang Rp. (xxx)
Beban Pokok Penjualan (BPP) Rp. xxx
Penjualan – BPP = Laba/Rugi
Berikut contohnya:
Persediaan awal barang dagang Rp. 30.000.000
Pembelian Rp. 10.000.000,-
Potongan pembelian Rp. (1.000.000,-)
Retur pembelian Rp. (2.000.000,-)
Pembelian bersih Rp. 7.000.000,-
Total barang dagang siap dijual Rp. 37.000.000,-
Persediaan akhir barang dagang Rp. (27.000.000,-)
Beban Pokok Penjualan (BPP) Rp. 10.000.000,-
Total Penjualan = Rp. 34.000.000,-
Laba = 34.000.000,- (- 10.000.000,-) = Rp. 24.000.000,-
Kemudian, menghitung persediaan dengan metode FIFO, LIFO, dan AVERAGE. Metode tersebut digunakan, karena harga persediaan per unit dan harga pembelian per unit itu berbeda-beda, sehingga perlu metode perhitungan supaya nilai persediaan dan BPP dapat dihitung dengan benar. Harga tersebut juga yang menjadi dasar penentuan harga penjualan.
1. Metode FIFO
Dalam metode FIFO (First In First Out) yang berarti dalam menentukan nilai BPP diambil dari nilai barang yang pertama masuk. Tapi, dalam menentukan Persediaan akhirnya diambil dari nilai barang yang terakhir masuk.
Contoh:
Barang XYZ, Per tanggal 31 Maret 2017
Tgl
|
Transaksi
|
Unit
|
Harga
|
Total
|
01
|
Persediaan
|
300
|
20.000
|
6.000.000
|
07
|
Pembelian
|
100
|
21.000
|
2.100.000
|
13
|
Penjualan
|
50
|
25.000
|
1.250.000
|
18
|
Pembelian
|
50
|
21.500
|
1.075.000
|
25
|
Penjualan
|
150
|
26.000
|
3.900.000
|
30
|
Penjualan
|
50
|
26.000
|
1.300.000
|
Dari data diatas, diketahui bahwa persediaan akhir sebanyak 200 unit. Tentukanlah nilai persediaan akhir dan BPP pada akhir periode 31 Maret 2017
Nilai Persediaan:
50 x 21.500 = 1.075.000
100 x 21.000 = 2.100.000
50 x 20.000 = 1.000.000
Nilai Persediaan 200 unit yaitu 1.075.000 + 2.100.000 + 1.000.000 = Rp. 4.175.000,
Nilai BPP:
Persediaan awal barang dagang Rp. 6.000.000
Pembelian (2.100.000 + 1.075.000) Rp. 3.175.000
Total barang dagang Rp. 9.175.000
Persediaan akhir barang dagang Rp. 4.175.000
BPP Rp. 5.000.000
Nah, sudah diperoleh nilai Persediaan Akhir dan BPP, tapi ada juga cara sederhana dalam mencari nilai BPP pada dasar unitnya, yaitu:
Total unit barang dagang (300 + 100 + 50) = 450 unit
Persediaan akhir = 200 unit
BPP = 450 – 200 = 250 unit
250 x 20.000 = Rp. 5.000.000
Total Penjualan (1.250.000 + 3.900.000 + 1.300.000) = Rp 6.450.000
BPP = Rp. 5.000.000
Laba = 6.450.000 – 5.000.000 = Rp. 1.450.000
2. Metode LIFO
Dalam metode LIFO (Last In First Out) yang berarti dalam menentukan nilai BPP diambil dari nilai barang yang terakhir masuk. Tapi, dalam menentukan Persediaan akhirnya diambil dari nilai barang yang pertama masuk.
Contoh data tetap sama,
Dari data diatas, diketahui bahwa persediaan akhir sebanyak 200 unit. Tentukanlah nilai persediaan akhir dan BPP pada akhir periode 31 Maret 2017
Nilai Persediaan:
200 x 20.000 = Rp. 4.000.000
Nilai BPP:
Persediaan awal barang dagang Rp. 6.000.000
Pembelian (2.100.000 + 1.075.000) Rp. 3.175.000
Total barang dagang Rp. 9.175.000
Persediaan akhir barang dagang Rp. 4.000.000
BPP Rp. 5.175.000
Nah, sudah diperoleh nilai Persediaan Akhir dan BPP, tapi ada juga cara sederhana dalam mencari nilai BPP pada dasar unitnya, yaitu:
Total unit barang dagang (300 + 100 + 50) = 450 unit
Persediaan akhir = 200 unit
BPP = 450 – 200 = 250 unit
50 x 21.500 = 1.075.000
100 x 21.000 = 2.100.000
100 x 20.000 = 2.000.000
Nilai BPP 250 unit yaitu (1.075.000 + 2.100.000 + 2.000.000) = Rp. 5.175.000
Total Penjualan (1.250.000 + 3.900.000 + 1.300.000) = Rp 6.450.000
BPP = Rp. 5.175.000
Laba = 6.450.000 – 5.175.000 = Rp. 1.275.000
3. Metode Rata-Rata (AVERAGE)
Dalam metode Rata-Rata (Average) yang berarti dalam menentukan nilai BPP dan Persediaan diambil dari Total Nilai Barang dibagi Total Unit Barang Dagang.
Contoh data tetap sama,
Dari data diatas, diketahui bahwa persediaan akhir sebanyak 200 unit. Tentukanlah nilai persediaan akhir dan BPP pada akhir periode 31 Maret 2017
Total Nilai Barang dagang (6.000.000 + 3.175.000) = Rp 9.175.000
Total Unit Barang dagang = 450 unit
Nilai Rata-Rata = 9.175.000 / 450 = Rp. 20.389
Nilai Persediaan:
200 x 20.389 = Rp. 4.077.800
Nilai BPP:
Persediaan awal barang dagang Rp. 6.000.000
Pembelian (2.100.000 + 1.075.000) Rp. 3.175.000
Total barang dagang Rp. 9.175.000
Persediaan akhir barang dagang Rp. 4.077.800
BPP Rp. 5.097.200
Nah, sudah diperoleh nilai Persediaan Akhir dan BPP, tapi ada juga cara sederhana dalam mencari nilai BPP pada dasar unitnya, yaitu:
Total unit barang dagang (300 + 100 + 50) = 450 unit
Persediaan akhir = 200 unit
BPP = 450 – 200 = 250 unit
250 x 20.389 = Rp. 5.097.200
Total Penjualan (1.250.000 + 3.900.000 + 1.300.000) = Rp 6.450.000
BPP = Rp. 5.097.200
Laba = 6.450.000 – 5.097.200 = Rp. 1.352.800
B. Pencatatan Secara Perpetual
Dalam menentukan nilai Persediaan dan Beban Pokok Penjualan pada pencatatan secara perpetual. Pada metode pencatatan secara perpetual, ini berarti Nilai Persediaan dan BPP langsung dihitung ketika transaksi terjadi terkait dengan persediaan.
Barang ABX, Per tanggal 31 Maret 2017
Tgl
|
Transaksi
|
Unit
|
Harga
|
Total
|
01
|
Persediaan
|
200
|
20.000
|
4.000.000
|
13
|
Penjualan
|
100
|
25.000
|
2.500.000
|
18
|
Pembelian
|
200
|
22.000
|
4.400.000
|
25
|
Penjualan
|
150
|
26.000
|
3.900.000
|
30
|
Penjualan
|
100
|
26.000
|
2.600.000
|
Dari data diatas, Hitunglah BPP pada tanggal 25 Maret 2017 dan juga nilai dari Persedian Akhirnya,
1. Metode FIFO
Nilai BPP:
100 x 20.000 = Rp. 2.000.000
150 x 22.000 = Rp. 3.300.000
Nilai BPP 250 unit yaitu (2.000.000 + 3.300.000) = Rp. 5.300.000
Nilai Persediaan Akhir: 400 – 250 = 150 unit
50 x 22.000 = Rp. 1.100.000
100 x 20.000 = Rp. 2.000.000
Nilai Persediaan Akhir 150 unit yaitu (1.100.000 + 2.000.000) = Rp. 3.100.000
2. Metode LIFO
Nilai BPP:
200 x 22.000 = Rp. 4.400.000
50 x 20.000 = Rp. 1.000.000
Nilai BPP 250 unit yaitu (4.400.000 + 1.000.000) = Rp. 5.400.000
Nilai Persediaan Akhir: 400 – 250 = 150 unit
150 x 20.000 = Rp 3.000.000
3. Metode Rata-Rata (AVERAGE)
Total nilai barang dagang = Rp. 8.400.000
Total unit = 400 unit
Rata-rata = 8.400.000 / 400 = 21.000
Nilai BPP:
250 x 21.000 = Rp. 5.250.000
Nilai Persediaan Akhir: 150 unit
150 x 21.000 = Rp. 3.150.000