Konsep Akuntansi Islam
Dalam menganalisis ini kita kesulitan dalam mendapatkan bahan literatur
yang tersedia dalam materi pustaka. Kemungkinan besar sudah termasuk dalam
literatur yang dibakar oleh tentara Gengis Khan. Saat ini hanya diperoleh dari
hasil penelitian arkeologi dan untuk ini juga kita belum banyak menghasilkan
hasil konkret. Pendekatan yang akan kita pakai adalah rationing atau
pendekatan logika.
Akuntansi sebenarnya merupakan domain muamalah dalam kajian Islam. Artinya
diserahkan pada kemampuan akal pikiran manusia untuk mengembangkannya. Namun,
karena pentingnya permasalahan ini maka Allah Swt. bahkan memberikannya tempat
dalam kitab suci Alquran surat Al-Baqarah ayat 282. Penempatan ayat ini juga
unik dan relevan dengan sifat akuntansi itu. la dåtempatkan dalam surat Sapi
Betina sebagai lambang komoditi ekonomi. la ditempatkan dalam surat ke-2 yang
dapat dianalogikan dengan double entry, ditempatkan di ayat 282 yang
menggambarkan angka keseimbangan atau Neraca. Bahkan juga dapat dikaji
relevansi ayat berikut dalam konteks double entry atau sifat
berpasangannya:
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat
kebesaran Allah (Al-Dzariyat: 49) .
dan juga surat Yasin ayat 36:
Maha Suci Tuhan yang sudah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik
dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang
tidak mereka ketahui.
Inilah beberapa kemungkinan yang kebenarannya hanya Allah yang mengetahui, Wallahu
calam bishawab.
Bahkan jika dikaji sistem jagad dan manajemen alam ini ternyata peran atau
fungsi akuntansi sangat besar. Allah memiliki akuntan malaikat yang sangat
canggih, yaitu Rakid dan Atid, malaikat yang menuliskan/ menjurnal transaksi
yang dilakukan manusia, yang menghasilkan buku/ neraca yang nanti akan
dilaporkan kepada kita (owner) di akhirat. Coba kita baca surat
Al-Infithar (82) ayat 10-12 sebagai berikut.
Padahal sesungguhnya pada kamu ada malaikat yang memonitor pekerjaanmu
(10). Yang mulia di Sisi Allah dan yang mencatat pekerjaanmu itu (11). Mereka
mengetahui apayang kamu kerjakan (12).
Laporan ini didukung bukti (evidence) di mana satu pun tidak akan
ada transaksi yang dilupakan kendatipun sebesar zarrah seperti dilihat dari
surat Al-Zalzalah ayat 7-8:
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrah pun niscaya dia akan
melihatnya (7). Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun dia
akan melihatnya (8).
Karena akuntansi ini sifatnya urusan muamalah maka pengembangannya
diserahkan pada kebijaksanaan manusia. Alquran dan Sunnah hanya membekalinya
dengan beberapa sistem nilai seperti landasan etika, moral, kebenaran,
keadilan, kejujuran, terpercaya, bertanggung jawab, dan sebagainya.
Dalam Alquran surat Al-Baqarah kita melihat bahwa tekanan Islam dalam
kewajiban melakukan pencatatan adalah:
1.
menjadi bukti dilakukannya transaksi (muamalah yang menjadi dasar nantinya
dalam menyelesaikan persoalan selanjutnya;
2.
menjaga agar tidak terjadi manipulasi, atau penipuan baik dalam transaksi
maupun hasil dari transaksi itu (laba).
Penekanan
ini didukung lagi oleh ratusan ayat yang dapat dijadikan sumber moral akuntansi
seperti kewajiban bertakwa, berlaku adil, jujub menyatakan yang benar, memilih
yang terbaik, berguna, menghindari yang haram, jangan boros, jangan merusak,
dan jangan menipu. Instrumen kualitas ini sebenarnya sudah cukup sebagai
landasan teoretis dari akuntansi Islam. Sementara itu, yang sifatnya teknis
diserahkan sepenuhnya kepada umatnya untuk merumuskannya sesuai kebutuhannya.